Minggu, 27 November 2011

MODEL KOMUNIKASI

Model Stimulus – Respons
Model ini merupakan model komunikasi paling dasar. Model ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Sebagai contoh bila seorang tersenyum kepada kita, maka kita akan membalas senyumannya, atau bila seseorang melotot kepada kita, maka kita akan merasa takut.
Model S – R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan dan tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar dan tindakan tentunya akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu (Mulyana, 2003).


Model Aristoteles
Model Aristoteles merupakan model komunikasi paling klasik dan meletakkan model komunikasi verbal yang pertama kali. Aristoteles mengemukakan 3 unsur dasar proses komunikasi yaitu : pembicara (speaker), pesan (massage), dan pendengar (listener).

Model Aristoteles ini juga disebut model retoris yang kini dikenal sebagai komunikasi publik. Aristoteles mengemukakan bahwa inti dari komunikasi adalah persuasi. Namun dalam model ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah komunikasi dianggap sebagai fenomena statis, terfokus pada komunikasi yang bertujuan (disengaja) yang terjadi ketika seseorang berusaha membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya dan tidak dibawanya aspek nonverbal dalam persuasi (Mulyana, 2003).

Model Komunikasi Laswell
Model ini dikemukakan oleh Harold Lasswell tahun 1948. Model Lasswell ini sering diterapkan dalam komunikasi massa. Model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber (who) merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan, unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi, saluran komunikasi (in which channel) dikaji dalam analisis media, unsur penerima (to whom) dikaitkan dengan analisis khalayak dan unsur pengaruh (with what effect) berhubungan dengan studi mengenai pengaruh (Mulyana, 2003).


Model Schramm
Wilbur Schramm membuat serangkaian model komunikasi mulai dari model yang sederhana, kemudian model yangmemperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu (Mulyana, 2003). Schramm menyatakan bahwa komunikasi senantiasa membutuhkan 3 unsur yaitu : sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination).
a. Model Sederhana Schramm
Sumber dan encoder adalah satu orang, sedangkan decoder dan sasaran adalah seseorang lainnya dan sinyalnya adalah bahasa.
b. Model Schramm yang memperhitungkan pengalaman dua orang
Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan, berdasarkan pengalaman masing-masing. Bila kedua lingkaran memiliki bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang pengalaman (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi. Bila kedua lingkaran pengalaman tidak bertemu maka komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila wilayah yang berimpit kecil, artinya pengalaman sumber dan pengalaman sasaran jauh berbeda, maka sangat sulit menyampaikan makna dari seseorang ke orang lain (Mulyana 2003).
c. Model komunikasi umpan balik sebagai lingkaran yang berkelanjutan untuk berbagi informasi.
Model ini merupakan penyempurnaan model Schramm sebelumnya yang menempatkan pentingnya umpan balik . Dalam proses komunikasi, setiap orang sekaligus sebagai encoder maupun decoder yang secara konstan menyandi balik tanda-tanda tersebut dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Proses kembali dalam model lingkaran disebut umpan balik (feed back).
Umpan balik yang ada dapat berupa kata-kata sebagai jawaban maupun secara nonverbal seperti anggukan kepala dan gelengan kepala.


Model Berlo
Muhammad (1995) menjelaskan bahwa model David K. Berlo menekankan komunikasi sebagai suatu proses dan menekankan “meaning are in the people” atau arti pesan yang dikirimkan pada orang yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa interpretasi pesan terutama tergantung kepada kata atau pesan yang ditafsirkan oleh si pengirim atau si penerima.
Berlo menggambarkan kebutuhan penyandi (encoder) dan penyandi balik (decoder) dalam proses komunikasi. Encoder bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber dalam bentuk suatu pesan. Menurut Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan dan kode. Saluran berhubungan dengan panca indera: melihat, mencicipi, mendengar, menyentuh, membaui (Mulyana, 2003).


Penelaahan terhadap Model Komunikasi Berlo :
1. Sumber (Source)
Seorang baik sebagai sumber maupun penerima harus memperhatikan hal-hal berikut dalam berkomunikasi :
a. Keterampilan berkomunikasi (Communication skills) yang terdiri atas :
• Kemampuan sumber dalam menyusun tujuan komunikasi
• Kemampuan sumber dalam menterjemahkan pesan ke dalam bentuk signal atau ekspresi tertentu.
b. Sikap, terdiri atas :
• Sikap terhadap diri sendiri
• Sikap terhadap materi atau pesan
• Sikap terhadap penerima pesan (receiver) maupun sikap receiver terhadap sumber
c. Pengetahuan, meliputi :
• Pengetahuan sumber tentang receiver, media komunikasi yang sesuai, metode pendekatan yang sesuai serta pengetahuan tentang pesan.
• Pengetahuan receiver tentang sumber, media, maupun pesan.
d. Sistem sosial budaya, baik sumber maupun penerima harus memperhatikan sistem sosial budaya yang ada, yang meliputi :
• Norma yang dianut
• Sistem pengambilan keputusan (misal : terkait dengan inovasi bidang pertanian).
• Budaya yang berkembang dan dianut.
2. Pesan dikembangkan berdasar
• Kode pesan : penggunaan bahasa, gambar yang disepakati
• Isi : disajikan utuh atau terpotong ?
• Perlakuan : pesan dapat dicerna oleh kelima indera manusia ?
3. Saluran komunikasi yang digunakan hendaknya :
• Baik menurut sasaran
• Dapat diterima oleh banyak sumber maupun penerima
• Mudah digunakan oleh banyak sumber maupun penerima
• Lebih ekonomis
• Cocok dengan pesan (inovasi)


Mulyana (2003) mengidentifikasikan kelebihan dan keterbatasan dalam model Berlo ini. Salah satu kelebihan model Berlo, bahwa model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun komunikasi antar pribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model Berlo juga bersifat heuristik (merangsang penelitian) karena memperinci unsur-unsur yang penting dalam proses komunikasi. Model ini misalnya dapat memandu and meneliti efek ketrampilan komunikasi penerima atas penerimaan pesan yang dikirimkan. Atau jika sebagai pembicara mungkin mulai menyadari bahwa latar belakang pembicara akan mempengaruhi penerima pesan (receiver).
Sedangkan keterbatasan model Berlo ini menganggap bahwa komunikasi merupakan sebuah fenomena yang statis, disamping itu umpan balik yang diterima pembicara dari khalayak tidak dimasukkan dalam model grafiknya dan komunikasi non verbal tidak dianggap penting dalam mempengaruhi orang lain.

DISTORSI PESAN

Komunikasi bisa dilakukan diantara dua atau lebih tempat yang berdekatan atau pun berjauhan, komunikasi merupakan saling menyampaikan informasi untuk mencapai kepada tujuan yang diinginkan. Karena kekompleksan dari sebuah komunikasi, maka Little John mengatakan, komunikasi adalah sesuatu yang sulit untuk didefinisikan. Sementara itu, menurut ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain, agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.
Gangguan (noise) dalam sebuah komunikasi dapat diartikan sebagai faktor-faktor eksternal maupun internal (psikologis) yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi. Ada dua macam gangguan: gangguan eksternal dan gangguan internal dan. Gangguan eksternal adalah berbagai gangguan yang berasal dari luar komunikator dan komunikan. Gangguan ini dapat berupa suara gaduh, suhu udara yang panas, ada hal lain yang lebih menarik perhatian audiens, bau yang tidak sedap, udara yang terlalu dingin dan lain-lain. Gangguan dari luar biasanya tidak banyak mengganggu media atau saluran komunikasi, sepanjang tingkat gangguan itu masih bisa ditoleransi.


Hambatan-hambatan komunikasi antara lain dapat terjadi karena Perbedaan Persepsi , Permasalahan Bahasa, Kurang mendengarkan, Perbedaan Emosional, Perbedaan Latarbelakang. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam sebuah komunikasi dapat berupa antara lain:
1. Hambatan dari Proses Komunikasi
• Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan, kebutuham atau kepentingan.
• Hambatan dalam penyandian/symbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
• Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan. Pada situasi pasca gempa tersebut jaringan listrik dan telekomunikasi terputus sehingga untuk menyampaikan dan menyalurkan pesan baik dari para korban kepada pemerintah/tim rekonstruksi maupun sebaliknya
• Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
• Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima / mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
• Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: a) gangguan kesehatan karena banyak masyarakat menjadi korban baik luka berat maupun ringan akibat tertimpa reruntuhan serta kondisi mereka yang masih berada di tenda-tenda darurat sehingga keadaan fisik mereka tidak terjamin, b) sehubungan dengan teputusnya jaringan listrik dan telekomunikasi pasca gempa di beberapa wilayah di DIY-Jateng menyebabkan komunikasi terganggu
3. Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadangkadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan mdan penerima, dengan kata lain bahasa yang digunakan berbeda.
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi. Dalam musibah misalnya, maka komunikan akan masih trauma dengan musibah yang menimpa mereka.


Untuk menetralkan gangguan dalam sebuah komunikasi, Shannon mengemukakan empat cara untuk menetralkankannya seperti berikut :
1. Menambah kekuatan ( power ) dari signal. Misalnya kalau kita berbicara dengan seseorang di jalan yang suasananya hiruk pikuk, kita perlu memperkeras suara kita dalam berbicara supaya tidak diteln suara hiruk pikuk dan agar dapat didengar oleh lawan kita berbicara.
2. Mengarahkan signal dengan persis. Seperti halnya dalam pembicaraan diatas, taktik lain yang bisa dipakai untuk mengatasi gangguan adalah berbicara dekat sekali dengan lawan berbicara sehingga suara kita itu dapat menetralkan gangguan suara lain.
3. Menggunakan signal lain. Sebagai tambahan terhadap dasar pertama, dapat digunakan taktik lain untuk menetralisir gangguan yaitu dengan memperkuat pesan dengan signal lain misalnya, dengan gerakan kepala, gerakan badan, sentuhan, dan sebagainya.
4. Redudansi. Redudansi dalam situasi yang normal kurang baik digunakan., tetapi dalam suasana yang hiruk pikuk pengulangan kata-kata kunci dalam pembicaraan perlu dilakukan untuk membantu memperjelas pesan yang disampaikan.

Jumat, 25 November 2011

ALIRAN INFORMASI DALAM ORGANISASI

Sifat Aliran Informasi
Aliran informasi dalam suatu organisasi adalah suatu proses dinamik; dalam proses inilah pesan-pesan secara tetap dan berkesinambungan diciptakan, ditampilkan, dan diinterpretasikan. Proses ini berlangsung terus dan berubah secara konstan – artinya, komunikasi organisasi bukanlah sesuatu yang terjadi kemudian berhenti. Komunikasi terjadi sepanjang waktu. Guetzkow (1965) menyatakan bahwa aliran informasi dalam suatu organisasi dapat terjadi dengan 3 cara : serentak, berurutan, atau kombinasi dari kedua cara tsb.
1. Penyebaran Pesan Secara Serentak
Suatu pesan yang sama saat harus tiba di beberapa tempat yang berbeda pada saat yang sama, harus dibuat rencana untuk menggunakan strategi atau teknik penyebaran pesan secara serentak. Pemilihan teknik penyebaran yang berdasarkan pada waktu (tiba secara serentak) memerlukan pemikiran mengenai metode penyebaran yang sedikit berbeda dari yang biasa kita kerjakan.
Dengan berkembangnya media telekomunikasi, tugas menyebarkan informasi kepada semua anggota secara serentak menjadi lebih sederhana bagi sebagian organisasi. Dengan berkembangnya sistem kabel dan telepon yang lebih canggih, dirangkaikan dengan video, semua organisasi dapat berhubungan secara visual dan vokal antara satu dengan yang lainnya sambil tetap berada di tempat kerja masing-masing. Penyebaran pesan secara serentak mungkin suatu cara yang lebih umum, lebih efektif dan lebih efisien daripada cara lainnya untuk melancarkan aliran informasi dalam suatu organisasi.
2. Penyebaran Pesan Secara Berurutan
Penyebaran pesan secara berurutan memperlihatkan pola “siapa berbicara kepada siapa”. Penyebaran tsb mempunyai suatu pola sebagai salah satu ciri terpentingnya. Bila pesan disebarkan secara berurutan, penyebaran informasi berlangsung dalam waktu yang tidak beraturan, jadi informasi tersebut tiba di tempat yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula. Individu cenderung menyadari adanya informasi pada waktu yang berlainan. Karena adanya perbedaan dalam menyadari informasi tsb, mungkin timbul masalah dalam koordinasi.
Adanya keterlambatan dalam penyebaran informasi akan menyebabkan informasi sulit digunakan untuk membuat keputusan karena ada orang yang belum memperoleh informasi. Bila jumlah orang yang harus diberi informasi cukup banyak, proses berurutan memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk menyampaikan informasi kepada mereka. Selain itu, kebenaran atau kecermatan informasi akan terganggu sebagai akibat dari interpretasi dan reproduksi pesan yang berlangsung dalam penyampaian pesan secara berurutan.


Pola Aliran Informasi
Katz dan Kahn (1966) menunjukkan bahwa pola atau keadaan urusan yang teratur mensyaratkan bahwa komunikasi diantara para anggota tersebut dibatasi. Sifat asal organisasi mengisyaratkan pembatasan mengenai siapa berbicara kepada siapa. Burgess (1969) mengamati bahwa karakter komunikasi yang ganjil dalam organisasi adalah bahwa “pesan mengalir menjadi amat teratur sehingga kita dapat berbicara tentang jaringan atau struktur komunikasi”. Pola roda-lingkaran untuk menggambarkan pengaruh aliran komunikasi yang dibatasi dalam organisasi.
1. Pola Roda
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya. Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan. Tidak ada seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan semua anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan.
2. Pola Lingkaran
Pola lingkaran- meliputi kombinasi orang-orang penyampai pesan cenderung lebih baik daripada pola roda yang mencakup aliran komunikasi yang amat terpusat dalam keseluruhan aksebilitas anggota antara yang satu dengan yang lainnya, moral atau kepuasan terhadap prosesnya, jumlah pesan yang dikirimkan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan-perubahan dalam tugas; di pihak lain, pola roda memungkinkan pengawasan yang lebih baik atas aliran pesan, kemunculan seorang pemimpin bisa lebih cepat dan organisasi lebih stabil, menunjukkan kecepatan tinggi dalam pemecahan masalah, cepat dalam memecahkan masalah, tetapi terlihat cenderung mengalami kelebihan pesan dan pekerjaan.


Peranan Jaringan-Kerja Komunikasi
a. Anggota Klik
Klik adalah sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya merupakan hubungan dengan anggota-anggota lainnya. Farace dan rekan-rekannya (1977) menunjukkan bahwa sebuah klik terbentuk bila “lebih daripada separuh komunikasi anggota-anggotanya adalah komunikasi sesama anggota, bila setiap anggota dihubungkan dengan semua anggota lainnya, dan bila tidak ada satu hubunganpun atau seorang anggota pun yang dapat dihilangkan sehingga mengakibatkan kelompok terpecah”.


b. Penyendiri
Tugas pertama analisis jaringan kerja adalah mengidentifikasi mana yang anggota klik dan mana yang bukan, penyendiri adalah mereka yang hanya melakukan sedikit atau tidak sama sekali melakukan kontak dengan anggota kelompok lainnya.
Goldhaber (1979) meringkaskan sifat-sifat khusus penyendiri. Ia menyatakan bahwa penyendiri berbeda dengan anggota klik dalam arti:
1. Kurang aman dalam konsep diri mereka
2. Kurang termotivasi oleh cita-cita
3. Kurang bersedia untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Lebih muda dan kurang berpengalaman dalam sistem
5. Lebih jarang menduduki posisi yang kuat dalam organisasi
6. Lebih cenderung menahan daripada melancarkan aliran informasi
7. Relatif lebih tidak puas dengan sistem
8. Beranggapan bahwa sistem komunikasi tertutup bagi mereka
c. Jembatan
Jembatan adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antar kelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain. Sebuah jembatan berlaku sebagai pengontak langsung antara kedua kelompok pegawai.
d. Penghubung
Penghubung adalah orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia bukan salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut. Penghubung mengaitkan satuan-satuan organisasi bersama-sama dan menggambarkan orang-orang yang berlaku sebagai penyaring informasi dalam organisasi.
e. Penjaga Gawang
Menjaga gawang, menurut Katz dan Lazarsfeld (1955), berarti “mengendalikan” satu bagian strategis dari suatu saluran dari suatu saluran ... agar memiliki kekuatan untuk memutuskan apakah sesuatu yang mengalir melintasi saluran akan sampai kepada kelompok tersebut atau tidak. Dalam suatu jaringan komunikasi organisasi, penjaga gawang (gate keeper) adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melalui sistem tersebut.
f. Pemimpin pendapat
Pemimpin pendapat (opinion leader) adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Mereka merupakan orang-orang yang mengikuti persoalan dan dipercayai orang-orang lainnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Katz dan Lazarsfeld (1955) menggambarkan seorang pemimpin pendapat sebagai “suatu bentuk kepemimpinan yang nyaris tidak kelihatan dan tidak dikenali, pada tingkat orang per orang dalam kontak biasa, akrab maupun kontak sehari-hari”.
g. Kosmopolit
Manusia kosmopolitan adalah orang yang menjadi milik seluruh dunia atau orang yang bebas dari gagasan, prasangka, atau kecintaan lokal, daerah atau nasional. Kosmopolit menghubungkan para anggota organisasi dengan orang-orang dan peristiwa-peristiwa di luar batas-batas struktur organisasi.

Menurut Wayne Pace dan Don Faules dalam buku Komunikasi Organisasi, bahwa arah aliran informasi formal ada empat macam, yaitu :

1. Komunikasi ke Bawah
Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz dan Kahn 1966) :
a) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
b) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
c) Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi
d) Informasi mengenai kinerja pegawai
e) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission)
Ada enam kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode penyampaian informasi kepada para pegawai (Level & Galle 1988).
a) Ketersediaan
b) Biaya
c) Pengaruh
d) Relevansi
e) Respons
f) Keahlian


2. Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).
Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan :
a) Berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya (Sharma, 1979).
b) Memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dan seberapa baik penerimaannya (Planty & Machaver, 1952)
c) Memungkinkan mendorong keluh kesah sehingga penyelia tahu persoalan yang mengganggu terkait operasi.
d) Menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran.
e) Mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.
f) Membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam pekerjaan mereka.


3. Komunikasi Horisontal
Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama.
Penelitian dan pengalaman menyatakan bahwa komunikasi horisontal muncul paling sedikit karena enam alasan berikut :
1. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja
2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan
3. Untuk memecahkan masalah
4. Untuk memperoleh pemahaman bersama
5. Untuk mendamaikan, berunding dan menengahi perbedaan
6. Untuk menumbuhkan dukungan antar persona.
Komunikasi horisontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kualitas. Lingkaran kualitas adalah sebuah kelompok pekerja sukarela yang berbagi wilayah tanggung jawab. Hambatan-hambatan pada komunikasi horisontal banyak persamaannya dengan hambatan yang mempengaruhi komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah. Ketiadaaan kepercayaan diantara rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi pada mobilitas ke atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu komunikasi pegawai yang sama tingkatnya dalam organisasi dalam sesamanya.


4. Komunikasi Lintas Saluran
Spesialis staf (staff specialists) biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas saluran karena biasanya tanggung jawab mereka muncul di beberapa rantai otoritas perintah dan jaringan yang berhubungan dengan jabatan. Unit pelatihan dan pengembangan, misalnya, berhubungan dengan produksi, penjualan, relasi industri, pembelian, penelitian, dan teknik juga dengan pelanggan, untuk pelatihan pelanggan. Keith Davis (1967) mengamati bahwa “hasilnya baik dan buruk.
Komunikasi ke atas dan ke bawah cenderung disempurnakan, tetapi manajemen yang lebih rendah sering menunggu dengan gelisah dan khawatir bahwa mereka dilewati atau dikritik tanpa mendapat kesempatan untuk menjawab”. Fayol (1916- 1940) menunjukkan bahwa komunikasi lintas saluran merupakan hal yang pantas, bahkan perlu pada suatu saat, terutama bagi pegawai tingkat rendah dalam suatu saluran.
Pentingnya komunikasi lintas saluran dalam organisasi mendorong Keith Davis (1967) untuk menyatakan bahwa penerapan tiga prinsip berikut akan memperkokoh peranan komunikasi spesialis staf :
a) Spesialis staf harus dilatih dalam keahlian berkomunikasi
b) Spesialis staf perlu menyadari pentingnya peranan komunikasi mereka
c) Manajemen harus menyadari peranan spesialis staf dan lebih banyak lagi memanfaatkan peranan tersebut dalam komunikasi organisasi.


Komunikasi Informal, Pribadi Atau Selentingan
Informasi informal/personal muncul dari interaksi diantara orang-orang, informasi ini mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine). Kiasan ini tampaknya sesuai; grapevine terlihat tumbuh dan menjalar ke segala arah, menangkap dan menyembunyikan buahnya di bawah kerimbunan dedaunan, nyaris menantang penyelidikan.
Dalam istilah komunikasi, selentingan digambarkan sebagai “metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa” (Stein 1967).
Sifat-sifat selentingan digambarkan oleh W. L. Davis & O’Connor (1977) sebagai berikut :
1. Selentingan berjalan melalui interaksi mulut ke mulut.
2. Bebas dari kendala-kendala organisasi dan posisi
3. Selentingan menyebarkan informasi dengan cepat
4. Digambarkan sebagai suatu “rantai kelompok” karena setiap orang yang menyampaikan selentingan cenderung mengabarkannya ke dalam kelompok daripada seorang saja.
5. Para peserta dalam jaringan kerja selentingan cenderung menjalankan satu dari tiga peranan : penghubung, penyendiri, pengakhir atau dead enders.
6. Cenderung merupakan produk suatu situasi
7. Semakin cepat seseorang tahu suatu situasi, semakin cepat ia menyebarkannya
8. Bila suatu informasi yang disampaikan pada seseorang menarik perhatiannya, besar kemungkinan ia menyampaikan informasi tersebut pada yang lain.
9. Aliran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi dalam kelompok-kelompok fungsional
10. Umumnya, 75 – 90 % dari rincian pesan yang disampaikan oleh selentingan adalah cermat.
11. Informasi selentingan biasanya tidak lengkap, menghasilkan kesalahan interpretasi bahkan bila rinciannya cermat.
12. Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi

Kamis, 24 November 2011

PERTANIAN DAN PANGAN

Dalam suatu negara yang berdaulat, salah satu persyaratan mutlak, adalah harus berdaulat di bidang pangan. Bahwa pangan sepenuhnya diatur oleh suatu negara berdaulat, itulah yang disebut yang disebut politik pertanian atau spesifik lagi politik pangan bagi suatu negara. Swasembada pangan tidak cukup, ketahanan pangan belum cukup, tetapi suatu negara dapat leluasa, tegas mengatur pangan untuk kebutuhan masyarakatnya, diatur, dijamin oleh undang-undang, direncanakan dengan baik, diatur pelaksanaannya dengan baik, didistribusikan dengan baik, terjangkau dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, menguntungkan produsen beras, tersedia di seluruh pelosok tanah air, dapat tegas dan konsekuen menjalankan kebijaksanaan pangan kita.

Dalam Declaration of Human Right tahun 1948 dan World Conference of Human Right tahun 1993 telah disepakati bahwa setiap individu berhak memperoleh pangan yang cukup. Itulah sebabnya setiap negara di dunia menjadikan pertanian pangan sebagai sektor yang tidak kalah pentingnya dibanding sektor lainnya.
Hak asasi manusia pada dasarnya dilandasi oleh tiga faktor yang merupakan kewajiban atau tanggung jawab negara. Ketiga level itu dapat dijabarkan sebagai berikut; menghormati (to respect), melindungi (to protect), dan memenuhinya (to fulfill). Demikian pula hak atas pangan melalui dokumen yang disusun Asjborn Eide yang diterbitkan oleh PBB dijelaskan panduan pelaksanaan tiga tingkatan kewajiban tersebut.


Hak atas pangan dapat dijabarkan sebagai tanggung jawab negara yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Negara beserta seluruh komponen penopang dan organ-organ yang dimiliki oleh negara mempunyai tanggung jawab menghormati hak atas pangan. Hak asasi manusia memiliki azas indivisibility, yaitu keterkaitan satu bentuk hak asasi dengan bentuk hak asasi yang lain. Maksudnya, hak atas pangan tidaklah berdiri sendiri, namun juga bergantung pada penghormatan akan kebebasan dasar orang lain.
2) Negara juga memiliki kewajiban harus mengeluarkan peraturan-peraturan atau instrumen-instrumen hukum berkaitan pemenuhan hak atas pangan warganya yang berwawasan pada kepentingan masyarakat umum.
3) Negara mempunyai kewajiban berperan aktif membantu warganya dalam upaya memenuhi hak atas pangannya, dengan tidak mengurangi hak atas pangan warganya yang lain. Negara harus memberikan kepastian pada setiap individu dalam wilayah hukumnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, jika hal tersebut tidak dapat mereka lakukan sendiri.


Rome Declaration for World Food Security pada tahun 1996 menetapkan kebijaksanaan sebagai berikut:
a) Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap penduduk, karena itu diperlukan adanya political will dan akses terhadap pangan yang dibutuhkan untuk hidup aktif dan sehat
b) Masih terdapat penduduk yang kekurangan pangan, tidak stabilnya pengadaan pangan dan terbatasnya mendapatkan pangan di tingkat rumah tangga, sehingga perlu adanya-upaya penanggulangan
c) Kemiskinan sebab utama tidak tersedianya pangan, peranan petani dan wanita tani memberikan andil yang besar terhadap peningkatan produksi, karena itu prioritas pertam diberikan untuk mengentaskan kemiskinan, pembangunan pedesaan dan pertanian
d) Pemerintah melaksanakan upaya-upaya secara aktif bekerjasama dengan organisasi internasional, LSM dan swasta untuk mencapai ketahanan pangan pada masa kini dan masa mendatang
e) Peningkatan pembangunan SDM, alih teknologi, kegiatan penelitian dan penyempurnaan kelembagaan untuk pengembangan pertanian di pedesaan yang berkesinambungan
f) Perlu dukungan kerjasama internasional untuk menggerakkan sumber keuangan yang tersedia di tingkat internasional dan regional


Kecukupan Pangan sebagai Barang Langka
Sebesar 55 persen dari 12 juta anak-anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi, dan kematian ibu saat melahirkan di Asia dan Afrika yang mencapai 20 persen. Persoalan kelaparan adalah khas negara-negara berkembang. Ironisnya, meski kelaparan termasuk tragedi kemanusiaan, para pemimpin negara maju yang memiliki kemampuan dan dana cukup untuk membantu mangatasi kelaparan gizi di negara-negara berkembang itu justru terkesan tidak terlalu peduli dengan persoalan yang sungguh mematikan ini. Negara-negara maju tidak lagi menghadapi persoalan kelaparan dan kelangkaan pangan (scarcity), tetapi justru kelimpahan pangan (affluence). Tingkat kemakmuran dan kesejahteraan di negara maju benar-benar kontras dengan kelaparan gizi dan kelangkaan pangan di Dunia Ketiga.
Kontras kesenjangan akses terhadap pangan dan gizi itu antara lain dapat dilihat lewat kenyataan adanya 300 juta penduduk dunia, terutama di negara maju, berjuang keras melawan kegemukan, sedangkan 815 juta orang di negara-negara berkembang dalam kelaparan hebat.
Hampir dua pertiga total pangan dunia berupa produk olahan. Dan medio 1990-an diperkirakan 80 persen dikonsumsi negara-negara maju yang diolah oleh industri makanan. Peningkatan makanan olahan ini telah menimbulkan ketidakseragaman, dimana komponen pangan yang sama, seperti kedelai, tepung kedelai, susu kering, tepung gandum, gula, penyedap dan carageenan digabung berulang-ulang dengan proses teknologi yang mutakhir. Sekarang lemari-lemari pasar swalayan di seluruh dunia penuh diisi dengan kelimpahan pangan, tetapi dibalik kemasan dan rasa, sesungguhnya telah terjadi penurunan kandungan nutrisi yang esensial.


Pangan dan Kecerdasan
Situasi rawan gizi pada anak balita dan usia sekolah tidak boleh dipandang sebelah mata karena menimbulkan akibat lanjutan yang kompleks dan berujung pada degradasi kualitas sumber daya. Hal itu karena : Pertama, masalah gizi yang parah pada usia muda akan menghambat laju tumbuh kembang fisik anak. Kedua, masalah gizi menghambat perkembangan kecerdasan. Ketiga, penyakit degeneratif pada usia muda –yang bukan disebabkan oleh faktor genetika- dapat timbul karena masalah gizi. Keempat, malnutrisi berkelanjutan meningkatkan angka kematian anak.
Beberapa langkah preventif untuk menanggulangi masalah gizi dapat dilakukan pemerintah:
1. Menjamin ketersediaan pangan darat dan laut seluruh negeri
2. Meningkatkan daya beli masyarakat
3. Meningkatkan mutu pendidikan gizi dan kesehatan masyarakat

Rabu, 16 November 2011

AGROEKOLOGI DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


Pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) pada dasarnya merupakan salah satu penjabaran yang lebih spesifik dari konsep pembangunan berkelanjutan (the concept of sustainable development).

Pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis agroekologi yang diusulkan diarahkan pada usaha mempertahankan dan atau memperbaiki produksi dengan bertumpu pada pilar: (i) secara ekonomi fisibel (economically feasible) dengan bentuk sistem produksi jangka panjang, (ii) penggunaan teknologi yang sepadan (technologically appropriate), (iii) secara lingkungan tidak merusak dan berkelanjutan (environmentally sound and sustainable), (iv) secara sosial dan budaya dapat diterima (socially and culturally acceptable). Penjabarannya dalam bentuk agenda pelaksanaannya dapat difokuskan pada : (i) demensi sosial dan ekonomi, (ii) sumber daya sebagai aset produksi dalam pembangunan, (iii) peningkatan peranan masyarakat, (iv) program implementasi yang realistis.

Secara sederhana pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) merupakan hasil resultante dari pembangunan sosial dan ekonomi (ESD) ditambah dengan ekologi yang berkelanjutan (SE). Terdapat empat prinsip yang perlu diperhatikan :
a) Prinsip efisiensi (the principle of efficiency) sumber daya, yang menekankan agar sumber daya tidak dieksploitasi secara berlebihan.
b) Prinsip sufisiensi (the principle of sufficiency), yang menekankan adanya pembatasan pemanfaatan sebagai upaya dalam penyediaan sumber daya pada generasi yang akan datang.
c) Prinsip konsistensi (the principle of consistency), yang menekankan perlunya kompabilitas antar sub-sistem dan dengan superior sistem yang secara keseluruhan mengacu pada ekosistem dalam alam.
d) Prinsip pencegahan (the principle of precaution), yang mengarah pada upaya melindungi alam dari proses degradasi.

Agar agenda yang telah dirancang dapat diimplementasikan, beberapa instrumen berikut ini perlu mendapat perhatian untuk dipertimbangkan antara lain:
(a) Penyusunan pendekatan strategis dalam manajemen sumber daya dan lingkungan
(b) Pengembangan manajemen yang adaptif dalam merepon ketidakpastian
(c) Pembaruan prosedur dan teknis penilaian proyek yang berkaitan dengan eksploitasi sumber daya alam dengan menekankan adanya pertimbangan efisiensi ekonomi, integritas, dan kesamaan lingkungan.
(d) Kebijakan pembangunan ekonomi makro yang konsisten dengan wawasan lingkungan
(e) Pengembangan metode monitoring dan evaluasi tentang keberhasilan dan perubahan kapital sumber daya alam.

REVITALISASI PERTANIAN

Revitalisasi pertanian memiliki tiga pilar pengertian. Pertama, pengertian revitalisasi pertanian sebagai kesadaran akan pentingnya pertanian –dalam arti vitalnya pertanian- bagi kehidupan bangsa dan rakyat Indoesia; kedua, revitalisasi pertanian sebagai bentuk rumusan harapan masa depan akan kondisi pertanian; serta ketiga, pengertian revitalisasi sebagai kebijakan dan strategi besar melakukan “proses revitalisasi” itu sendiri.

Arti penting secara proporsional tidak dimaksudkan untuk menjadikan bidang dan sektor lain menjadi lebih tidak penting, tetapi justru menekankan keterkaitan, saling ketergantungan, dan sinergi. Arti penting pertanian juga dilihat secara konstektual sesuai perkembangan masyarakat. Pertanian tidak dipentingkan melulu karena pertimbangan masa lalu, tetapi terutama karena pemahaman atas kondisi saat ini dan antisipasi masa depan dalam masyarakat yang mengglobal, semakin modern, dan menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Revitalisasi pertanian juga diartikan sebagai usaha, proses dan kebijakan untuk menyegarkan kembali daya hidup pertanian, memberdayakan kemampuannya, membangun daya-saingnya, meningkatkan kinerjanya, serta menyejahterakan pelakunya, terutama petani, nelayan, dan petani hutan; sebagai bagian dari usaha untuk menyejahterakan seluruh rakyat.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops